satu
tahun kita bersama bukanlah hal yang singkat untuk ku dan membuatku terbiasa
tanpa hadirmu selama enam bulan ini. Kebersamaan yang selama ini kita tunjukan
kepada orang – orang diluar sana, membuatku enggan untuk ikut duduk meriung
bersama mereka. Karena aku takut, mereka menanyakan hal yang tak bisa ku jawab.
Pertanyaan – pertanyaan yang tak ingin ku dengar, serta jawaban yang
menyedihkan.
Kepergianmu
membuat ku mempelajari banyak hal serta membuat ku lupa akan beberapa hal. Entah
aku harus berterimakasih atau aku harus mencaci maki. Mungkin keduanya harus
kulakukan.
Tidak!
tidak!
Aku
tak bisa mengucapkan terimakasih atas rasa sakit dan akupun tak bisa mencaci
maki kamu karena pernah membuatku melayang lalu jatuh.
Kepergianmu
mengajarkan ku mandiri. Aku mulai melakukan
hal yang biasa kita kerjakan bersama menjadi sendirian. Mengajarkan ku
apa arti sabar, saat aku harus menunggumu sekian hari, bulan, tahun, entahlah
sampai kapan. Mengajarkanku mengikhlaskan kamu, sumber kebahagianku dipinjam
oleh orang lain. Mengajarkan ku bagaimana sakitnya menahan rindu yang tak
pernah tersampaikan. Sesak. Pedih. Dan aku merasakan itu.
Kepergianmu
membuatku lupa bagaimana caranya bahagia. Membuatku lupa bagaimana caranya
tertawa lepas tanpa rasa sepi. Membuatku lupa memikirkan masa depan saat ku
melamun, karena aku selalu mengingat kisah kita
dalam lamunanku. Membuatku lupa bahwa janji tak selamanya akan
tertepati, hanya orang – orang “ISTIMEWA” yang dapat menepati seluruh janjinya.
Saat
ini aku belum terbiasa tanpa hadirmu, rasanya aku masih ditemani oleh sosok mu.
Yaaa, sosokmu dalam khayal ku. Bukan kah itu menyakitkan? Kapan kau akan
mengerti? Apa kau takkan pernah mengerti? Atau, kau mengerti namun memilih tak
menanggapi? Sejahat itukah? Tak pantaskah aku mengaharapkan itu?
Dalam
lembaran kertas – kertas imajinasiku
Namamu
selalu tertuang didalamnya,
Namun
sayangnya, kau tak pernah mau membacanya.