Rabu, 29 Juni 2016

Kepergianmu


satu tahun kita bersama bukanlah hal yang singkat untuk ku dan membuatku terbiasa tanpa hadirmu selama enam bulan ini. Kebersamaan yang selama ini kita tunjukan kepada orang – orang diluar sana, membuatku enggan untuk ikut duduk meriung bersama mereka. Karena aku takut, mereka menanyakan hal yang tak bisa ku jawab. Pertanyaan – pertanyaan yang tak ingin ku dengar, serta jawaban yang menyedihkan.
Kepergianmu membuat ku mempelajari banyak hal serta membuat ku lupa akan beberapa hal. Entah aku harus berterimakasih atau aku harus mencaci maki. Mungkin keduanya harus kulakukan. 

Tidak!

 tidak! 

Aku tak bisa mengucapkan terimakasih atas rasa sakit dan akupun tak bisa mencaci maki kamu karena pernah membuatku melayang lalu jatuh.

Kepergianmu mengajarkan ku mandiri. Aku mulai melakukan  hal yang biasa kita kerjakan bersama menjadi sendirian. Mengajarkan ku apa arti sabar, saat aku harus menunggumu sekian hari, bulan, tahun, entahlah sampai kapan. Mengajarkanku mengikhlaskan kamu, sumber kebahagianku dipinjam oleh orang lain. Mengajarkan ku bagaimana sakitnya menahan rindu yang tak pernah tersampaikan. Sesak. Pedih. Dan aku merasakan itu.

Kepergianmu membuatku lupa bagaimana caranya bahagia. Membuatku lupa bagaimana caranya tertawa lepas tanpa rasa sepi. Membuatku lupa memikirkan masa depan saat ku melamun, karena aku selalu mengingat kisah kita  dalam lamunanku. Membuatku lupa bahwa janji tak selamanya akan tertepati, hanya orang – orang “ISTIMEWA” yang dapat menepati seluruh janjinya.

Saat ini aku belum terbiasa tanpa hadirmu, rasanya aku masih ditemani oleh sosok mu. Yaaa, sosokmu dalam khayal ku. Bukan kah itu menyakitkan? Kapan kau akan mengerti? Apa kau takkan pernah mengerti? Atau, kau mengerti namun memilih tak menanggapi? Sejahat itukah? Tak pantaskah aku mengaharapkan itu?



Dalam lembaran kertas – kertas imajinasiku
Namamu selalu tertuang didalamnya,
Namun sayangnya, kau tak pernah mau membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar