Harusnya semua
tak boleh dimulai..
Harusnya semua
tak boleh seperti
ini..
Aku salah,
kamu salah, kekasihmu
juga salah..
Harusnya aku
tak pernah menggubris
chat darimu kala
itu. Karna aku
tau, kamu hanya
mencariku saat kamu
bertengkar dengan kekasih mu,
bahwa aku hanya
obat penenang untukmu.
Bahwa aku yang
dijadikan tepat bersandarmu.
Harusnya aku tak
pernah mnegizinkanmu memelukku,
karna pelukmu bukan
menenangkan, tapi malah
menyakitkan. Harusnya aku
sadar, pelukan seseorang
yang sudah mempunyai
kekasih itu lebih
menyakitkan daripada memeluk kaktus.
harusnya aku menghindar saat kamu usap kepalaku,
harusnya ini semua
tidak boleh terjadi
antara aku dan
dirimu.
Harusnya kamu
tak pernah meminta
untuk memelukku, harusya
kamu tak pernah
menghubungiku duluan lagi
kala itu. Harusnya semuanya
berakhir bertahun-tahun lalu..
atau harusnya kau
hanya datang sekali
ke rumahku waktu
itu.. Harusnya.... kamu
tak pernah merindukanku.
Dan untuk
kekasihmu juga, harusnya
dia jangan pernah
marah padamu karna hal
sepele. dia harusnya
lebih mengerti kamu
dibanding aku, dia
harusnya lebih percaya
kamu karna dia
kekasihmu.. dia harusnya
yang dirindukan oleh
mu.. bukan aku..
Pacarmu seharusnya
menjadi benteng, membatasi
pertemuan antara aku
dan kamu kemarin.
Tapi kemarin, dia
malah menjadi alasan
kita untuk bertemu.
Aku seperti orang
jahat kemarin, tapi
kekasih mu pun
bukan orang baik. Dan
kamu, kamu lebih
jahat dari kita berdua.
Aku baru
sadar, ternyata rindumu
itu tak nyata,
bahwa rindumu itu
hanya sekedar alasan
agar kau bisa
memelukku sepuasmu tanpa
memperdulikan perasaanku, ternyata
rindumu hanya menjadi
alasan untuk kamu
balas dendam tentang
sakit hatimu, tentang
kekecewaanmu yang ku
sebabkan dahulu.
Aku terlalu lugu
untuk menyadarinya di
awal, aku terlalu
bodoh untuk berfikir
bahwa kamu hanya mempermaikan di
awal pertemuan kita
kemarin.
aku terlihat
bodoh di hadapanmu,
bukan karna kamu
mengatakan kamu merindukanku
namun tak bisa
melepaskan kekasihmmu, bukan
karna kamu bilang
bahwa kita hanya
sebatas sahabat, bukan
karna kamu memblokir
ku di Whatsapp. Bukan. Aku terlihat
bodoh saat aku
mengizinkamu mdatang kembali
kerumahku sendirian, datang
kembali ke kehindupanku
kemarin. Aku terlihat
bodoh saat aku
mengizinkanmu memelukku dengan
penuh rasa rindu yang kau
karang-karang sendiri. Apa aku
sebodoh itu kemarinn dihadapanmu?
Aku fikir,
semua kejadian kamarin
itu akan seperti
buih, yang akan
hilang begitu saja. Tapi
nyatanya? Hal ini malah
menjadi luka yang
berdiam terus di
hati. Kau harus tau,
aku sudah coba
membangun dan memperbaiki
hatiku yang rusak,
dan kemarin, kamu
malah meruntuhkannya begitu
saja. Dan selanjutnya,
ini akan menjadi
perjuanganku dan hatiku
untuk memperbaiki semuanya
seperti semula lagi. Ya, seperti
sebelum kau datang
padaku lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar