Kamis, 30 Juni 2016

Wanita Biasa

aku hanya wanita biasa yang mencoba mencintaimu dengan sempurna. namun aku tak tahu, apakah lelaki sehebat kamu mau mencintai wanita biasa sepertiku?. saat aku merasa cinta ini hanya sepihak, aku hanya bisa diam dan mengagumi dari kejauhan. memperhatikanmu tanpa kau sadari, menatapmu yang tak pernah menatapku kembali. merindukanmu saat malam menemani,

aku hanya perunggu yang mecintai berlian sepertimu. apakah tak pantas jika perunggu bersanding dengan berlian? jika perak yang pantas mendampingimu, lalu aku perunggu bisa berbuat apa? memaksa kau bisa menerimaku? oh tidak! CINTA TAK SEEGOIS ITU.

aku hanya ingin kau tau, jika kau lupa yang mana baju favoritmu, atau kau bingung akan mengenakan baju yang cocok untukmu. tanya saja padaku. jika kau lupa apa makanan kesukaan mu. tanya saja padaku. jika kau lupa jika kau memesan bakso kau harus mencampurkan apa, kau tanya saja padaku. jika kau lupa harum tubuh mu seperti apa, tanya saja padaku. karena aku yang akan menjawab segala pertanyaan mu. karena aku yang sudah tau kebiasaan mu selalu ingat apa yang kamu mau dan apa yang kamu butuhkan.

aku tahu aku bodoh. harusnya aku tau cinta sepihak dari wanita biasa ini tak bisa mendapatkan feedback  dari lelaki sehebat kamu. aku harusnya tau, mecintamu akan semenyakitkan ini. tapi kau harus tau, aku benar - benar mencintaimu...

Rabu, 29 Juni 2016

Kepergianmu


satu tahun kita bersama bukanlah hal yang singkat untuk ku dan membuatku terbiasa tanpa hadirmu selama enam bulan ini. Kebersamaan yang selama ini kita tunjukan kepada orang – orang diluar sana, membuatku enggan untuk ikut duduk meriung bersama mereka. Karena aku takut, mereka menanyakan hal yang tak bisa ku jawab. Pertanyaan – pertanyaan yang tak ingin ku dengar, serta jawaban yang menyedihkan.
Kepergianmu membuat ku mempelajari banyak hal serta membuat ku lupa akan beberapa hal. Entah aku harus berterimakasih atau aku harus mencaci maki. Mungkin keduanya harus kulakukan. 

Tidak!

 tidak! 

Aku tak bisa mengucapkan terimakasih atas rasa sakit dan akupun tak bisa mencaci maki kamu karena pernah membuatku melayang lalu jatuh.

Kepergianmu mengajarkan ku mandiri. Aku mulai melakukan  hal yang biasa kita kerjakan bersama menjadi sendirian. Mengajarkan ku apa arti sabar, saat aku harus menunggumu sekian hari, bulan, tahun, entahlah sampai kapan. Mengajarkanku mengikhlaskan kamu, sumber kebahagianku dipinjam oleh orang lain. Mengajarkan ku bagaimana sakitnya menahan rindu yang tak pernah tersampaikan. Sesak. Pedih. Dan aku merasakan itu.

Kepergianmu membuatku lupa bagaimana caranya bahagia. Membuatku lupa bagaimana caranya tertawa lepas tanpa rasa sepi. Membuatku lupa memikirkan masa depan saat ku melamun, karena aku selalu mengingat kisah kita  dalam lamunanku. Membuatku lupa bahwa janji tak selamanya akan tertepati, hanya orang – orang “ISTIMEWA” yang dapat menepati seluruh janjinya.

Saat ini aku belum terbiasa tanpa hadirmu, rasanya aku masih ditemani oleh sosok mu. Yaaa, sosokmu dalam khayal ku. Bukan kah itu menyakitkan? Kapan kau akan mengerti? Apa kau takkan pernah mengerti? Atau, kau mengerti namun memilih tak menanggapi? Sejahat itukah? Tak pantaskah aku mengaharapkan itu?



Dalam lembaran kertas – kertas imajinasiku
Namamu selalu tertuang didalamnya,
Namun sayangnya, kau tak pernah mau membacanya.

Kamis, 02 Juni 2016

Sepi ini...

malam ini sepi,
hujan mengguyur sang bumi,
dinginnya merayap ke kaca jendela,
lalu merayap sampai ke hati saat aku menyentuh sang kaca..

apa kau tahu rasa dinginnya seperti apa?
bagiku tak ada yang dingin sedingin sikapmu sekarang ini,
sikapmu membeku,
seakan jika kau menyapaku, es itu akan meleleh..

apa kau takkan pernah lagi membiarkan es itu meleleh?
aku rindu kehangatan sikap mu yang dulu..
aku rindu cada tawa kita
aku rindu kau memanggilku dengan hangat, padahal tak ada yang berbeda menurutmu.
namun, mengapa aku merasakannya?