##
1 November 2015
Tepat
hari ulang tahun ku, tepat hari kelahiran ku, tepat pukul 12.00 dia hadir, dia
datang ke rumahku dengan sejuta hadiah, dengan beribu – beribu kejutan. Kaget,
tak percaya, entah apa yang aku rasakan, yang pasti rasanya senang sekali,
merasa special. Dia datang ke rumah dengan Kue di kedua tangannya. Kue buatan
Ibunya. Tuhaan, aku senang J
Namun, tepat hari ini pula semuanya
hancur. Retak. Namun tak pecah. Hubungan kami, memanas. Awalnya aku tak
mengerti mengapa dia begitu marah pada ku. Dari awal aku merasa baik – baik
saja dengannya, namun di tengah – tengah kami sedang berkomunikasi dia marah
hebat kepada ku. Seraaaaam. Aku heran kenapa segitu marahnya dia terhadap ku,
dan saat aku tau alasannya, ternyata gara – gara ada yang memberi aku kejutan
setelahnya.
Ya, memang ada seseorang yang datang ke rumah ku setelah dirinya pulang. Restu.
Dia datang ke rumah ku untuk memberi ku kejutan. Namun aku sama sekali tak tahu
bahwa dia akan datang memberi kejutan, aku sama sekali tak tahu menahu soal
ini. Namun Figar marah besar terhadap ku. God! Apa yang telah aku perbuat ?
dimana letak kesalahan ku ? tak mungkin aku menyuruh restu dan kawan – kawannya
pulang begitu saja. Namun Figar begitu marah, apalgi melihat foto ku tepat saat
restu memberi hadiah. Tuhan, aku sungguh tak tahu jika hal ini membuatnya
marah. Sungguh aku tak tahu. Tak mungkin aku tak menerima pemberian Restu. Tak
mungkin aku menolaknya. Aku menerimanya karena aku menghargainya. Itu saja.
Kenapa Figar begitu marah terhadap ku? Aku tak ingin kehilangan Figar, aku tak
mauuuuu.
Namun setelah mendengar Figar marah, tanpa fikir panjang, tampa ganti baju,
tampa cuci muka. Bangun tidur aku langsung berangkat kerumah tempat Figar
menginap. Aku langsung mintaaa maaf padanya, aku berbicara baik – baik
kepadanya. Awalnya dia tak mau mendengarkan perkataan ku. Dia menyuruh ku
pulang. Namun aku bersikukuh aku tak mau pulang sebelum dia memaafkan ku.
Akhirnya dia ikut dengan ku kembali kerumah ku. Di rumah, ku aku meminta maaf,
tanpa terasa air mataku jatuh, begitu pula dengannya. Aku takut kehilangannya
Tuhan, ternyata dia juga takut kehilangan ku.
Akhirnya masalah kami terselesai kan dengan indah J kami masih menjalani hubungan kami dengan baik – baik
saja.
##
29 November 2015
Semalam, dia meminta ku untuk
menemaninya ke Sukabumi. Kota kelahirannya. Entah mau apa, padahal cuman mau
ambil daging. Ya daripada gaada kerjaan, aku ikut. Dia pun memaksa. Aku tak
ingin dia marah. Namun aku malu, malu ketemu keluarga besarnya.
Dan
keesokan harinya, dia jemput aku pagi – pagi sekali.
“
takut kesiangan” begitu katanya.
Aku masih santai dengan ‘kostum
rumah’ ku. Namun, aku cepat – cepat ganti pakaian dan langsung berangkat. Kami
berangkat naik motor berdua. Aku deg – degan sepanjang perjalanan. Tak tahu
harus melakukan apa disana. Takut salah melakukan sesuatu. Namun dia bilang
“
santai aja sama keluarga aku mah ”. sedikit tenang. Namun tetap saja masih
merasa takut.
1
jam 30 menit kami sampai pada rumah kakek Figar dari ayahnya. Untung disana
sepi. “Alhamdulillah” kata hati ku, jadi aku tak terlalu tegang. Setelah kami
mengobrol – mengobrol, kami lanjut perjalan ke rumah nenek Figar dari keluarga
ibunya. Aku berharap akan sepi seperti rumah kakenya. Ampuuuun, ternyata aku
salah -_- ramai sekali rumahnya.
Sampai sana, aku tak tahu harus berbuat apa. Aneh rasanya. Baru pertama kali
aku berkunjung kerumah keluarga besar laki – laki. Amboiii ternyata dia pun
baru membawa wanita kerumah nya dan ke keluarga besarnya. Aku rasa benar saat
dia bilang aku yang “spesial”.
Aku
tak berbincang banyak dengan keluarganya. Hanya sapa – sapa biasa. Karena aku
pun tak tahu harus berkata apa dan menanyakan apa. Gugup rasanya. Kami berdua
mengobrol, foto – foto, istirahat, dan akhirnya kembali pulang ke rumah. Oh
iya, kami juga makan bakso. Kamu tahu ? baksonya itu, murah dan banyak sekali.
Euuuuum yummyyyyy :D oh iya, waktu aku di rumah neneknya dan hendak solat, dia
memperhatikan ku pakai mukena nenknya. Dia bilang aku cantik. Dia mau foto.
Tapi aku larang. Masa mau solat malah di foto? Haha ada – ada saja.
Singkat
cerita, kami sampai di rumah ku. Itu sekitar pukul 16.30
Ah
cape sekali. Pegal rasanya, namun menyenangkan. Dijalan pulang tadi kami
membeli oleh – oleh mochi. Karena dia janji mau beliin mochi. Asiiiiik :D
setelah istirahat, kami suap – suapan moci. Ah hari menyenangkan sekali. Kami
istirahat bersama di rumah ku. Tanpa sadar aku tidur di pangkuannya. Dan saat
bangun aku kaget, kenapa aku bisa tidur di pangkuannya. Dia bilang pegel, tapi
dia tak tega membangunkan ku. Ah sabarnya dia ({}) aku menyayanginya ({})
Sekitar
pukul 17.30 dia pamit pulang.
Aku
khawatir, karena dia cape. Aku takut dia kenapa – kenapa di jalan. Tapi
untungnya dia kembali ke rumahnya dengan selamat J
Selepas
sampai rumah, dia menghubungi ku. Ah syukurlah dia baik – baik saja. Khawatir
ku pun usai.
Saat
kami hendak tidur dia mengirim pesan.
“
Hayuu yaaang({})
Slamat
malam reftiku yg ku cintaaa:*({})
Makasih
banget cintaa buat hari iniii:*:*<3
<3
AKU CINTA REFTIYANA <3 ”
Tuhan,
betapa bahagianya aku mendengar penuturannya. Aku pun mencintainya, lebih dari
dirinya mencintai ku J
##
6 Desember 2015
Hari ini dia mengajak ku kerumahnya, entah mau apa. Cuma disuruh main, ketemu
ibu sama ayah nya. Haha permintaan yang aneh ya ? ya karena dia memaksa akupun
ikut dengannya. Namun awalnya tak di izinkan, namun dia yang izin sama ibu ku,
lalu di boleh kan,, euuum senangnya :) saat diberi izin aku langsung ganti
pakaian dan langsung berangkat kerumahnya. Ya seperti biasa masih deg – degan
datang ke rumahnya, karena ini kedua kalinya :)
Setengah
jam..
Ternyata
di tengah perjaln hujan deras, padahal sudah hamper sampai. Dan karena tak
mungkin kami teruskan, akhirnya kami neduh di depan minimarket. Lucu sekali
saat kami neduh, kami rame sendiri hehe. Biasanya kan kalo hujan laper ya? Nah
itu yang kami rasakan, ternyata di depan minimarket ada tahu pedas, euuuum
yummyyyy. Dia menawari ku mau beli itu atau tidak, ya langsung saja aku jawab “ iya ” :D dia
langsung membelinya. Lari. Duuuh perjuangan banget kan yaaa? :D hehe seneng
tapi litany, aku jadi tau dia tulus benar – benar menyayangiku.
Hujan pun reda. Kami melanjutkan perjalanan, tak lama, kurang dari 20 menit
kami sampaai rumhnya. Namun tetap saja baju kami basah. Sesampainya di rumahnya
langsung diberikan handuk oleh ibunya. Dia menawari kerudung ibunya untuk ku
pakai, kan gamungkin yaaa? :D haha malu..
Sudah
mengeringkan badan, aku mengobrol dengan ibunya, dia, dan adiknya. Kebetulan
ayahnya belum pulang. Tak lama kami mengobrol, ibunya menawari ku untuk makan.
Awalnya tak mau, namun Figar maksa, ya jadi aja makan bareng – bareng sama dia.
Masa dia mau nyuapin aku depan ibunya? Duuuuh ga banget ini :D aku pun
menolak.
Makan
selesai, kami mengobrol lagi dan tak lama ayah Figar pulang. Duh jadi tegang
sendiri. Padahal gaakan diapa-apain hahaha dasar aku ini :D
Ayahnya
Figar ikut mengobrol bersama kami. Hangat sekali keluarga ini menyambut kami :) bahagia..
Selepas
mengobrol aku mengantar Figar kerumah kakeknya untuk mengantarkan makanan. Aku
tak berani masuk. Padahal Figar sudah mengajak. Aku diam saja di luar. “ takut
ah ”, itu alas an ku. Ya emang takut beneran si :D
Sesudah
itu aku mengantar Figar ke warung. Saat itu sedang hujan. Jadi kami berpayungan
berdua. Duuuh kaya apa ya :D tapi senang. Dia menggandeng ku. Aku hanya jawab
“ malu ih bnayak orang, jangan
begini ” sambil
tertawa.
Dia
menjawab “ mana ?
orang gaada orang yeeey ”. masih tetep maksa pengan gandeng. Duuuuh dasar.
Aku lepasin aja :D
saat kami mau melewati pepohonan, seram sekali, aku langsung bilang
“ jangan lewat sini ih, takut, tuh
liat! Gelap banget, gamau takut ” sambil
muka takut -_-
Figar
malah jawab “
takut apa si ada aku ini. Gaakan kenapa – kenapa. ” sambil memegang tangan
ku.
Aku
tetap bersikeras gamau lewat situ, akhirnya dia mau ga lewat sini, jadi kami
putar balik deh. Saat hamper sampai di warung dia peluk pinggang ku sambil memegang
payung lalu bilang
“seneng ih kaya gini sama kamu.
Semoga bisa kaya gini terus yaaa. Nanti aku ulang tahun kamu kerumah ya, sambil
bawain kue. Kaya aku dulu ke kamau. Awastah ”
“ih
jangan kaya gini, malu nanti kalo ada orang. Lagian sosweet amat si pengang2
sambil ujan – ujanan. Hahahaha. Ih gamau ah. Ngapain ? kan ini udah. Malu ah.
Kalo urusan kue, beli weh ya? Ribet bikin dulumah -_-” ngeles ku
“ih
alabatan, yaudah kalo beli gaudah bawa. Yang penting kakmu kerumah. Awastah”
sambil ngancem
“iya
gimana entar, gamau janji” jawab ku.
Namun
dalam hatiku “tenang
aku pasti datang ngasih kejutan. Tunggu aja. Cicipin aja kue dari aku :)” ah aku tak mau menjanjikan sesuatu kepada siapapun,
tapi untuk kali ini aku berjanji J so, tunggu aja
Sampai
warung. Kami membeli apa yang kami butuhkan. Lalu kami kembali ke rumah. Aku
membantu ibu figar mengupas buah (lupa namanya apa, pokonya belum pernah
dengar) untuk kami rujak. Eiitttts bukan rujak yang pake sambel ya, tapi rujak
yang pake gula :D hehehe
Lama
– lama kami mengobrol, ga kerasa sudah jam setengan delapan malam. Aku takut
dimarahin ayah ni. Aku bilang aja sama Figar mau pulang, awalnya dia dan ibunya
melarang pulang dulu, tapi aku memaksa sama Figar, akhirnya di izinin juga :)
Sejam
kemudian, sampai lah kami dirumah. Tuhkan bener ayah marah :(. Figar tak enak kepada ku. Namun aku bilang, “yaudah gapapa. Terus
mau gimana atuh”. Dia bilang dia mau minta maaf ke ayah, namun aku bilang “jangan deh, jangan
sekarang. Kalo ayah lagi marah biasanya males ngomong. Gapapa udah :) kamu pulang dulu aja, udah malem :)” awalnya dia keukeuh pengen
ketemu ayah, aku jelasin akhirnya dia ngerti. Syukurlah..
Tak
lama diam di rumah, dia langsung pulang. Tak tega sebenarnya. Namun mau
bagaimana lagi. Aku takut.
Tapi
hubungan kami baik – baik saja. Sampai satu saat tiba…
##
19 Desember 2015
Hari ini dia berangkat ke pantai
bersama teman – teman ku dan keluarga sahabat ku, but without me. Khawatir.
Takut. Takut dia bersama yang lain disana, takut dia jatuh hati dengan yang
lain disana. Aku takut :’( sepanjang dia pergi ke pantai, aku bete. Aku bete
karena aku takut dia sama yang lain L namun apa daya? Ke bete-an ku
malah membuatnya pergi. Pergi menjauh. Jauh sekali. Sampai aku tak bisa
menjangkaunya.
Namun
saat tanggal 23 Desember 2015. Dia mengantarkan ku pulang sehabis bagi raport.
Senang rasanya, namun karena aku dalam keadaan marah, aku tak mau
menunjukkannya.
Sampai
rumah ku, kami saling diam. Dia menyandar di bahu ku. Dia berbisik “aku kangen
kamu rei”. Ah aku pun merindukannya. Namun kesal ku mengalahkan rindu ku. Namun
tak mengalahkan rasa sayang dan cintaku padanya. Namun dia salah
mengartikannya. Dia mengira aku tak pernah mengerti apa maunya, aku selalu
mengekangnya. Dia tak tahan dengan ku. Tuhan :’( saakit rasanya saat dia bilang
“BOSAN” terhadap ku. Itu kata yang paling kami hindari selama perjalaan kisah
kami. Tapi malah dia yang mengingkari. Dia yang mengucapkan kata itu. Mungkin
ini titik jenuhnya pada ku, dan dia sudah menemukan kenyamanan baru.
Aku
tahu sifatnya, jika dia sudah menemukan kenyamanan, dia tak bisa di ganggu. Ya
Tuhan aku takut, aku takut dia pergi dengan hati yang baru.
##
25 Desember 2015
Tuhan, benar ternyata yang aku
takut kan. Dia pergi dengan hati yang baru. Membawa setengah hati ku yang masih
merindu, membawa hati ku, membawa seluruh harapan ku, membawa semua kenangan
yang kami buat. Tak ada lagi yang tersisa untuk ku. Secarik harapan ku pun dia
remas dengan tega, setitik sinar cinta ku pun dia redupkan dengan paksa.
“What I must Do Now ?”
Hanya
pertanyaan itu yang dapat ku lontarkan dalam hatiku.
Tak
tahu lagi harus kemana ku bawa kerinduanku saat rasa itu datang menghampiri?
Jika ku bawa kepada pemiliknya, takut dia tebas dengan tega. Harus ku curahkan
kemana rasa sayang ini ? diberitahu kepada pemiliknya, takut dihempas begitu
saja.
Namun,
dia pernah bilang “
I will back, but not now “, aku akan menunggu saat dia kembali. Aku tak
akan pergi, bahkan lari. Aku tak akan beranjak barang sehasta pun. I will stay here for
waiting him. For come bak to me.
Aku
pun ingat dia pernah bilang “I will try rei I
will try :)”, tapi aku tak tahu dia akan
mencobanya kapan. Aku takut dia sama sekali tak ada niat untuk
mencobanya. Namun aku selalu percaya akan ucapannya. Aku akan menunggu
Bodoh
memang, tak apa. Jika menjadi bodoh bisa mempertahankan rasa ini, bisa
mengenang kisah – kisah indah bersamanya, bisa mencintainya dengan tulus, aku
ingin menjaadi bodoh selamanya. Karena aku tahu, rasa ini tulus, karena aku
tahu rasa ini begitu indah :)
Entah
akan kemana setelahnya kisah ini berjalan, akan kah menemui jalannya? Atau
malah menemukan jalan buntu? Entah…, aku hanya hanya bisa menunggunya. Menunggu
setitik cahaya itu kembali, menunggu lipatan kertas yang telah dia remas. Walau
tak bisa kembali seutuhnya dan dengan sempurna. Aku akan menunggu.